Semarak Hari Anak Nasional 2025: MTsN 2 Purbalingga Hidupkan Kembali Dolanan Anak Tradisional
Purbalingga, 23 Juli 2025 — Ada pemandangan unik dan penuh keceriaan di halaman MTsN 2 Purbalingga pagi ini. Suasana yang biasanya dipenuhi barisan siswa rapi dalam balutan seragam, kali ini berubah menjadi ajang nostalgia yang hidup. Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2025, MTsN 2 Purbalingga menggelar serangkaian kegiatan bertajuk “Dolanan Anak Jadul; Anak Bahagia, Budaya Terjaga”.

Kegiatan dibuka dengan upacara peringatan HAN 2025, yang berlangsung khidmat namun sarat makna. Dalam amanatnya, Kepala MTsN 2 Purbalingga menyampaikan pentingnya melindungi hak-hak anak, termasuk hak untuk bermain dan tumbuh dalam lingkungan yang sehat, aman, dan berbudaya.
Usai upacara, suasana berubah menjadi riuh dan ceria. Seluruh siswa berbaur mengikuti berbagai permainan tradisional yang digelar di halaman madrasah. Permainan seperti gobak sodor, lompat tali, laspringan, dakonan/congklak, lowok, sunda manda, hingga gambul kembali dimainkan dengan penuh semangat oleh para siswa yang sebagian besar mungkin baru pertama kali mencobanya.
Kegiatan ini bukan sekadar untuk bersenang-senang. Waka Kesiswaan, selaku koordinator kegiatan, menjelaskan bahwa tujuan dari acara ini adalah untuk mengenalkan kembali dolanan anak jaman dulu yang kini mulai dilupakan. “Banyak dari anak-anak kita sekarang lebih akrab dengan permainan digital daripada permainan tradisional. Padahal, dolanan seperti ini sangat kaya nilai—ada kerja sama, ketangkasan, sportivitas, juga kearifan lokal,” ujarnya.
Tak hanya siswa, para guru pun tampak ikut bermain dan tertawa bersama. Hal ini menciptakan keakraban dan kebahagiaan yang menyatu dalam semangat Hari Anak Nasional. Seorang siswa kelas 8 mengaku sangat senang bisa mencoba permainan sunda manda yang sebelumnya hanya ia dengar dari cerita ibunya.
Melalui kegiatan ini, MTsN 2 Purbalingga ingin menyampaikan pesan bahwa masa depan anak-anak yang ceria dan berkarakter dapat dibentuk melalui sentuhan budaya dan kearifan tradisional. “Anak-anak berhak bahagia, dan kita punya tanggung jawab untuk menjaga budaya sebagai warisan tak ternilai,” pungkas Kepala Madrasah.
Semoga kegiatan seperti ini menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk terus menghidupkan kembali nilai-nilai tradisi dalam dunia pendidikan.
